. . . Derap langkah kaki kecil kita terdengar kembali di telingaku .

Gelak tawamu dan gelak tawaku yg beradu dalam desiran angin yg mencumbu indah ke permukaan sungai yg berair bening mengalun kembali indah di memori ingatanku .

Kita saling bekejaran di pematang sawah. Mencari ikan di sungai kecil , menangkap capung, mengejar ayam kate yg lucu-lucu, menangkap kupu-kupu, memberi makan merpati-merpati ayah, dan apa pun itu akan kita lakukan untk bersenang-senang.

Masa kecil kita indah bukan ?

Bahkan untk bisa bersenang-senang dan tertawa lepas, terkadang kita melakukan kenakalan yg kadang membuat Ayah Marah.

Ingat tidak saat dirimu manjat pohon Rambutan di samping rumah yg tingginya minta ampun ? Masih ingat tidak dngn ekspresi wajah Ayah waktu itu yg merah padam karna marah ? Kau gadis kecil yg nakal. Sama halnya sepertiku.

Tapi, kini sang waktu telah menyulap kita dari gadis kecil yg nakal menjadi gadis dewasa .

Seiring dngn usia kita yg makin hari makin bertambah, ALLAH pun menghadirkan beragam masalah dan problematika di antara kita. Entah itu tentang perbedaan pendapat diantara kita, benturan egoisme masing-masing, dll.

Saat kini masalah yg cukup pelik hadir dalam kehidupan kita, aku sejenak merenung.

Aku sangat terkejut ketika menyadari satu hal tentang kita .

Sudah 7 tahun lamanya kita saling jauh. Jarang bertemu, bersapa mesra dan pergi bersama. 7 tahun sudah kita tak pernah lagi seakrab dulu.

Aku merindukanmu. Sama seperti dirimu yg merindukan diriku yg dulu, aku pun sangat merindukanmu yg dulu. Aku merindukan gadis kecil nakal. Aku merindukannya. Sangat merindukannya...

Dapatkah kita memulai lagi semua ini dari awal ?

Dapatkah kita bersama kembali sebagaimana dulu ketika dua gadis kecil bersama, saling menyayangi dan melindungi ?

Bertapa waktu yg kejam telah mengubah kita menjadi dua orang yg tak saling mengenal satu sama lain .

Kamu yg disana, dengarkanlah bisikan hatiku , aku merindukanmu . . .

Sangat merindukanmu . . .